Kadang kala, agar anak tambah pintar, kita minta anak untuk turut berbagai macam les. Eits, tapi nggak mampu sembarangan, Bun. Sebab, kecuali anak dipaksa turut macam-macam les, ada dampak buruk membuat mereka.
Kata psikolog anak Dr Rose Mini M.Psi., atau akrab disapa Bunda Romi, saat anak dipaksa turut les ini dan itu, anak menjadi nggak niat untuk les. Lama-lama, anak mampu ‘rontok’ pertahanannya.
“Dalam artian nanti dia nggak senang lagi turut les. Ngambek, nggak senang turut les, disuruh les ada aja alasannya,” kata Bunda Romi sementara ngobrol serupa HaiBunda usai parenting class ‘Stimulasi Multiple Intelligence untuk Batita’ dengan Klinik dr Tiwi dan Merries di Casa Grande, baru-baru ini.
Makanya, kata Bunda Romi, sebaiknya kita kecuali senang ikutkan anak les, ajak dulu dia ke tempat lesnya. Di sana, kita mampu lihat lebih kurang anak senang nggak ya les di situ dan dia senang nggak sih. Karena, berteman atau lihat tempat lesnya mampu mengakibatkan ketertarikan sendiri membuat anak suka mengikuti kursus arab pare.
Lalu, apa mesti kita ikutkan anak ke berbagai les? “Nggak. Seharusnya dipilih salah stau karena nggak mampu seluruh les dikasih ke anak,” kata Bunda Romi.
Jangan lupa, Bun, mempertimbangkan juga umur anak serupa les yang senang mereka ikut. Termasuk frekuensi les di dalam seminggu berapa kali perlu juga diperhatikan. Dengan begitu, bunda dan bapak mampu mengkalkulasi di dalam seminggu anak les berapa kali dan apakah anak tetap punya sementara untuk dirinya sendiri.
Jadi, sementara anak nggak habis cuma membuat les dan sekolah dan pastinya, anak tetap mampu bermain dan mendapat hiburan. Selain itu, anak juga tetap punya sementara privat untuk dirinya. Terus, gimana kecuali kita ikutkan anak ke berbagai les untuk menyadari di mana bakatnya? Bunda Romi bilang, bahkan kecuali anak tetap umur balita (di bawah lima tahun) nggak usah benar-benar memastikan anak akan dileskan untuk bakat ini atau itu.
Yang penting, pengalaman dia mengenai seluruh stimulasi kecerdasan multiple mampu dialami. Kata Bunda Romi, nanti di suatu titik misalkan tepat anak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), udah mampu terlihat nih mana bidang yang lebih dengan senang hati anak lakukan.
“Mana yang lebih banyak dia melaksanakan tepat di sementara luangnya, itu tanda-tanda dia tertariknya di bidang itu